aku masih terdiam, berdiri di tempat yang sama.
menghadap sudut yang sama.
dan masih dengan hati yang lama.
aku belum bisa bergerak.
kenangan itu, masih mengumpul sesak.
Mendung
kelabu, sang matahari kalah telak begitu saja.
dia tidak bisa memberontak. cahayanya mati tertutup awan sepi.
Tuhan sedang ingin melukis kemurungan hambanya pada langit.
Rintik
tetes per tetes. detik per detik. gemericik per gemericik.
beriringan, bersautan, memecah keheningan.
perlahan lahan, jendela kepala terketuk pelan - pelan, oleh kenangan.
Deras
lepas.
semua isi kepala bergerak bebas
orkestra hujan semakin keras
rindu, pilu, kenangan, harapan, semuanya berteriak puas.
Petrichor
menenangkan, menegangkan.
tapi selalu ingin dinikmati.
akhir dari sebuah rangkaian.
yang selalu dinanti.
Dwi Ma'ruf Alvansuri
lagi galau yaaa ^^
ReplyDeleteweits !
Deletetidak kok kak.
hanya terinspirasi dari seseorang.
terimakasih sudah berkunjung :)
sip! lanjutkan dek gdluck :)
Deleteyaallah blog ini
ReplyDeleteada apa dek? :)
Deleteterimakasih sudah berkunjung dek.
ini blog massive awsme. gdluck.
Deletethanks :)
Deleteyou too.
hmm... kalimat yang mengalir indah...
ReplyDeleteterimakasih kak :)
Deleteditunggu coment yang lain
Kalau sudah Reda jadi tenang yaa... :)
ReplyDeleteiya, apalagi saat petrichor-nya dateng. aromanya itu lho, tenang banget.
Deleteterimakasih sudah berkunjung kak :)
Curhat nih ye :)
ReplyDeleteCoba dong tsunami, macet, peting beliung, badai, petir yang cetar membahana juga di rangkai hehe :D
bukan curhat om -.-
Deletefiksi ini fiksi. haha
buset dah, nggak ada romantisnya :))
wahaa, petrichor
ReplyDeletekenapa kak?
Deletekita harus bisa membedakan
ReplyDeletemana ROMANTISME
dan mana
GALAUISME
ya memang beda kok kak :)
Deletekeren om :'') nge-post pake foto ya kapan kapan..
ReplyDeletehe.em, saran diterima :)
Deletethanks dek