December 9, 2012

Sebuah Rangkaian.

December 9, 2012
Siang itu.
aku masih terdiam, berdiri di tempat yang sama.
menghadap sudut yang sama.
dan masih dengan hati yang lama.

aku belum bisa bergerak.
kenangan itu, masih mengumpul sesak.

Mendung
kelabu, sang matahari kalah telak begitu saja.
dia tidak bisa memberontak. cahayanya mati tertutup awan sepi.
Tuhan sedang ingin melukis kemurungan hambanya pada langit.

Rintik
tetes per tetes. detik per detik. gemericik per gemericik.
beriringan, bersautan, memecah keheningan.
perlahan lahan, jendela kepala terketuk pelan - pelan, oleh kenangan.

Deras
lepas.
semua isi kepala bergerak bebas
orkestra hujan semakin keras
rindu, pilu, kenangan, harapan, semuanya berteriak puas.

Petrichor
menenangkan, menegangkan.
tapi selalu ingin dinikmati.
akhir dari sebuah rangkaian.
yang selalu dinanti.


Dwi Ma'ruf Alvansuri

19 comments:

  1. Replies
    1. weits !
      tidak kok kak.
      hanya terinspirasi dari seseorang.
      terimakasih sudah berkunjung :)

      Delete
    2. sip! lanjutkan dek gdluck :)

      Delete
  2. hmm... kalimat yang mengalir indah...

    ReplyDelete
  3. Kalau sudah Reda jadi tenang yaa... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, apalagi saat petrichor-nya dateng. aromanya itu lho, tenang banget.
      terimakasih sudah berkunjung kak :)

      Delete
  4. Curhat nih ye :)
    Coba dong tsunami, macet, peting beliung, badai, petir yang cetar membahana juga di rangkai hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan curhat om -.-
      fiksi ini fiksi. haha
      buset dah, nggak ada romantisnya :))

      Delete
  5. kita harus bisa membedakan
    mana ROMANTISME
    dan mana
    GALAUISME

    ReplyDelete
  6. keren om :'') nge-post pake foto ya kapan kapan..

    ReplyDelete

Dwi Ma'ruf Alvansuri © 2014