March 22, 2015

Hingga akhirnya saya tersadar.

March 22, 2015


pernah ada hari dimana saya dan kamu saling melontarkan candaan, saling melancarkan keusilan, saling bercerita dongeng kehidupan, dan saling mengungkap perasaan.
pernah ada waktu dimana saya dan kamu saling menatap malu, saling menegur kesalahan, dan saling menertawakan kebodohan.
dan juga, pernah ada saat dimana saya merasa jatuh di kedalaman jurang bola matamu atau sesekali saya sedang bersandar di lekuk manis bibirmu itu.

bersamamu, saya selalu berhati-hati ketika berbicara, selalu berusaha mengisi detik terdiam di setiap pembicaraan, dan selalu berusaha berani menatap matamu lebih lama, meskipun pada akhirnya, saya adalah pengecut yang hanya berani jatuh cinta.

namun, disemua kebersamaan saya dan kamu, saya pernah mengira, senyum tipis yang diciptakan sepasang lapis bibirmu itu adalah mutlak teruntuk saya, saya juga pernah merasa bahwa saya adalah satu-satunya lelaki beruntung yang mendapatkan perhatian sederhana dari kamu, atau canda dan tawamu saat bersama saya, saya pernah mengira bahwa saya yang telah membuatmu merasa nyaman.

saya ingin mengerti isi pikiran dan juga hatimu, apakah memang teruntuk saya, atau hanya untuk buat saya bertanya-tanya.

hingga akhirnya saya tersadar, kamu telah bersamanya. bersama lelaki yang telah berhasil mencuri senyum, tawa, dan juga kesemua-mu yang sempat saya pikir adalah kepemilikan saya.

saya salah dalam menangkap semua tingkah lakumu. saya kehilanganmu. meski saya dan kamu masih tetap bisa bersama, masih tetap bisa berbagi senyum dan tawa. saya telah kalah, saya telah gagal. tapi tetap, saya adalah seorang pengecut yang hanya berani jatuh cinta.

jika ini adalah sebuah kesia-sian, setidaknya saya dan kamu, kita, pernah menertawakan hal yang sama, setidaknya kita pernah saling menjaga, dan setidaknya kita pernah saling membahagiakan.

pada akhirnya, ijinkan saya untuk tetap menghangatkanmu, di dalam sebuah doa, yang hanya diketahui oleh Tuhan, saya, dan juga malam.

Jakarta, selepas hujan dan senja.
yang menjadikanmu sebuah puisi.


Dwi Ma'ruf Alvansuri

13 comments:

Dwi Ma'ruf Alvansuri © 2014